Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tingkatkan Intelektual Kader, PC PMII Blitar Gelar Sekolah Pemikiran Islam

Tingkatkan Intelektual Kader, PC PMII Blitar Gelar Sekolah Pemikiran Islam
Bicara Blitar--
Pengurus Cabang (PC) PMII Blitar Raya menggelar kegiatan Sekolah Pemikiran Islam di Mushola Baitul Muhtadin yang berlokasi di Desa Tlogo, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, Ahad, 24 Maret 2024.

Dalam kesempatan itu, ada dua narasumber yang menyampaikan materi. Pertama, Plt Kasi Pendma Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Blitar, DR Syaikhul Munib.

Munib menyampaikan materi terkait pengaruh pemikiran Islam di dunia terhadap perkembangan pemikiran Islam di Indonesia.

Sementara narasumber yang lain, Prof. Dr. Ahmad Muhtadi Anshor yang menyampaikan materi tentang biografi biografi pemikiran Islam di Indonesia. 

Dia merupakan guru besar ushul fiqih dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sayyid Ali Rahmatullah (Satu) Tulungagung.

Aliran pemikiran Islam 
Aliran pemikiran Islam
Dr. Syaikhul Munib menyampaikan, ada delapan aliran pemikiran Islam yang disampaikan, antara lain: Syiah, Khawarij, Murjiah, Qodariyah, Jabariyah, Mu'tazilah, Ahlussunah wal Jamaah (Aswaja), dan Trans Nasional.

Dirinya mengatakan, dalam sebuah hadits disampaikan, umat Nabi Muhammad Saw akan terpecah menjadi 72 golongan, semuanya akan menjadi ahli neraka, kecuali satu golongan, yakni Ahlussunah wal Jamaah.

"Dalam mengamalkan pemikiran Islam, para mahasiswa harus berhati-hati dalam memilih, sehingga tidak terjerumus pada aliran pemikiran yang tidak tepat," katanya.

Tipologi Pemikiran Islam

Sementara itu, Prof. Muhtadi menyampaikan terkait tipologi pemikiran Islam. Dia menyebut, ada tiga tipologi pemikiran Islam, yakni tradisional, modernis dan neo modernis.

Pertama, tradisional. tipologi pemikiran tradisional secara metodologi menggunakan metode taklid dalam pengembangan pemikiran keislaman.

walaupun sekarang, kata dia, telah mengalami pergeseran ke arah ijtihad namun masih dalam bentuk tertutup. Artinya masih tetap dalam ruang lingkup satu mazhab tertentu.

Kemudian untuk modernis ada perbedaan dengan tradisional. Pada tipe pintu ijtihad terbuka selebar-lebarnya, dan mengurangi sedapat mungkin taklid secara membabi buta pada suatu mazhab tertentu.

Terakhir untuk neo modernis, tema sentral yang jadi pembicaraan adalah bagaimana membebaskan umat Islam dari belenggu keterbelakangan, terutama dalam bidang pendidikan (kebodohan) dan bidang ekonomi (kemiskinan).