Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Berkunjung ke Pesanggrahan Eyang Djugo, Dikeramatkan Orang Jawa, Tapi Bernuansa Tionghoa

Berkunjung ke Pesanggrahan Eyang Djugo, Dikeramatkan Orang Jawa, Tapi Bernuansa Tionghoa
Bicara Blitar--
Pesanggrahan Eyang Djugo yang terletak di Desa Jugo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar kental dengan nuansa Tionghoa.

Meskipun lebih dikeramatkan oleh masyarakat Jawa, di tempat ini nuansa Tionghoa juga sangat kental.

Ornamen bangunan yang ada di tempat tersebut dihiasi dengan corak khas Tionghoa. Ada sejumlah titik yang menjadi ciri khas Tionghoa.

Saat mengunjungi tempat tersebut, hampir di semua tempat yang dikeramatkan di komplek itu, terdapat hiolo dan biji puak pwe.
Berkunjung ke Pesanggrahan Eyang Djugo, Dikeramatkan Orang Jawa, Tapi Bernuansa Tionghoa
Bahkan, pada momentum tertentu, ada banyak orang Tionghoa yang berkunjung ke tempat yang menjadi padepokan Eyang Djugo sebelum pindah ke Gunung Kawi. 

Menurut warga sekitar, setiap malam Senin Pahing dan malam Jum’at Legi, atau Bulan Selo saat peringatan wafatnya Eyang Djugo ada banyak orang Tionghoa yang datang.

Bahkan, saat Bulan Selo, kesenian Tionghoa seperti barongsai pun turut menyemarakkan. Saat Idulfitri warga Tionghoa yang datang biasanya juga lebih banyak.
Berkunjung ke Pesanggrahan Eyang Djugo, Dikeramatkan Orang Jawa, Tapi Bernuansa Tionghoa
Baik orang Jawa dan beretnis Tionghoa datang ke pesanggrahan dengan tujuan tertentu. Ada yang punya tujuan pengobatan hingga penglarisan.

Jangan kaget apabila bau kemenyan sering tercium di lokasi ini. Sebab ada beberapa pengunjung yang datang lalu membakar kemenyan dan sejenisnya.