Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenang dan Berharap kepada Blitar

Bicara Blitar--Selama 2022 kemarin ada dua peristiwa besar yang membuat Blitar menjadi perbincangan di kancah nasional. 

Pertama, pertikaian antara Gus Syamsudin dan Pesulap Merah. Untuk yang kedua adalah kasus perampokan rumah dinas Wali Kota Blitar. 

Blitar jarang sekali dibicarakan dalam kancah nasional. Bumi proklamator hanya dikenal sebagai tempat persemayaman terakhir dari Bung Karno, salah satu tokoh proklamator negeri ini.

Selebihnya, Blitar jarang sekali menjadi bahasan. Selain karena faktor daerahnya yang kecil, gitar juga bukan termasuk daerah yang menjadi pusat metropolitan, seperti Jakarta maupun Surabaya.

Selain itu gitar juga bukan kota pendidikan seperti Malang maupun Yogjakarta, yang banyak pendatang dari luar daerah berbondong-bondong untuk menempuh studi.

Dari segi wisata juga tidak ada wisata yang menjadi daya tarik nasional selain Makam Bung Karno. Berbeda dengan daerah di Jawa Timur yang lain seperti, Kota Batu maupun daerah yang mengelilingi pegunungan Bromo Tengger Semeru. Yang di situ ada Gunung Bromo dan Gunung Semeru.

Karena jarang tersorot oleh nasional itulah, dan keadaan kotanya relatif, pintar menjadi salah satu rujukan untuk menikmati masa tua. Tak heran apabila pria kelahiran Bumi Penataran, lebih memilih hidup di hari tuanya berada di tempat kelahirannya daripada di perantauan.

Namun, karena faktor di atas juga itulah yang membuat Blitar terkesan kota yang sepi. Aktivitas penduduk tidak seramai kota lain. Bukan tanpa alasan hal ini terjadi. Ada beberapa penyebab yang menjadi latar belakang.

Pertama adalah banyak pemuda yang memilih keluar kota. Entah mereka di sana kuliah ataupun mencari rezeki di perantauan. Tidak mengherankan memang, karena kampus di Blitar kualitasnya kata kebanyakan orang masih di bawah kampus di luar Blitar.

Kemudian ditambah lagi di Blitar jarang sekali ada pabrik yang bisa menyedot beberapa pekerja dalam jumlah yang sangat banyak. Sehingga sumber daya manusia yang tersedia tidak mampu tertampung di kota sendiri. Mereka harus melancong keluar daerah untuk mencari duit.

Namun sepertinya ke depan pintar juga akan menjadi salah satu daerah yang mempunyai pembangunan pesat. Itu terlihat dari pembangunan dua proyek nasional. Pertama adalah pembangunan jalan tol Kepanjen-Blitar-Tulungagung. Kedua adalah pembangunan Jalan Lintas Selatan.

Tidak dapat dipungkiri pembangunan proyek nasional itu bakal mempermudah akses transportasi antar daerah. Bahkan antar provinsi di Pulau Jawa. Sudah barang tentu hal ini akan menjadi daya tarik para investor untuk menanamkan modalnya di wilayah Blitar.

Tinggal Bagaimana masyarakat maupun Pemerintah Kabupaten Blitar dan Kota Blitar menyikapi hal ini. Sudah siap atau belum? Kira-kira bisa mengambil manfaatnya atau tidak? Atau Blitar hanya menjadi wilayah yang dilewati saja tanpa mendapatkan manfaat sama sekali.

Muhammad Thoha Ma'ruf
Muhammad Thoha Ma'ruf gampang typo.